Mendidik pucuk untuk menjadi pohon tanpa merengek pada yang memberi "nasi".
Masih segar dalam ingatan kita tentang sebuah makna.
Kita tertawa bersama, menertawakan hal yang mungkin tak ada gunanya.
atau tentang amarah yang meluap tanpa sebab yang pasti.
Ah, mungkin hanya aku yang belum menyadari.
Siapa bisa meyangka, sinarmu menua, dulu kuning sekarang jingga.
Tidak bisa kupungkiri, pagi pasti akan beranjak pada malam suatu saat nanti.
Hanya dengan ketulusan coba ku ucapkan lewat tulisan.
Mungkin juga tidak begitu berarti.
Tapi, aku hanya ingin mengungkapkan apa yang terbenam di sini, di dalam hati.
Selamat Bertambah Tua Bapa, Kaulah Sinar yang menyinariku dengan caramu sendiri.
Kaulah sinar yang menjadikan pucuk bertahan dalam kekejaman alam.
Terima kasih sinarku, Bapa ku.
Untukmu Bapa
Dari pucuk yang selalu menantikan sinar mentari
Mukri
Sejak 16 September 1948
Semoga Panjang Umur
Sebuah Persembahan dari Anakmu
Dedy Herwin Rendy
(vukalus)
Banjarmasin, 16 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar