Playlist 20

Rabu, 25 September 2013

JANJI, dan Mentari Sore Ini Menjadi SAKSI.

Sudah sepantasnya untuk saya memenangkan ego terhadap apa yang saya yakini. Namun, mungkin banyak yang menyatakan bahwa saya sudah terlewat akan batasan-batasan yang ada. Sejenak saya menatap senja, Hidup mungkin tidak selamanya seperti yang kita pinta, seperti senja yang tak bisa bertahan lama pada tahtanya, nyatanya rembulan selalu akan menggantikan kejayaannya di atas singgasana. Tapi, satu hal yang saya selalu percaya, "Pergi atau Bahkan Mati, Bukan Berarti Besok Tidak ada lagi". Kalian kecewa karena tidak tahu arti dari perkataan saya? maaf, kali ini saya tidak meminta kalian menerka ambiguitas kata perkata. Sayalah yang akan menjelaskannya. 

Tentang kisah yang sudah ada diseparuh perjalanan tahun, tentang rasa yang gila, tentang sebuah makna yang sering mereka terka sebagai cinta. Munafik mereka yang menampikkan tentang rasa yang tercipta, tentunya mungkin saja tidak akan bertahan selamanya. Cinta yang bisa saja berpaling dari pemilik sebelumnya ke tempat yang semoga lebih pantas adanya. Tentu cukuplah sudah usaha untuk mempertahankannya, apa adanya setelah beberapa purnama saya menunggunya. Ini bukanlah ungkapan putus asa seorang manusia, bukan juga perwakilan rasa benci seperti yang kalian kira. Ini adalah kumpulan kalimat yang mewakili rasa, sudah saatnya bahagia melihat seseorang bisa membuatnya tertawa. Tapi, pengharapan tetaplah terjaga seperti sedia kala, tak berkurang sedikit pun esensi akan makna yang saya rasa. Rasa itu tetaplah ada, bertambah besar setiap harinya. Datanglah kala ingin kembali mencicipinya, dan saat ini biarlah semua saya kunci di suatu persegi yang kita utarakan sebagai hati.

Sudah saatnya, seperti sebuah coretan, akhiran tanda akan muncul mengakhirinya, jangan anggap semuanya sudah berakhir, sebab seperti sedianya yang saya percaya "Pergi atau Bahkan Mati, Bukan Berarti Besok Tidak ada lagi". Semoga kau mengerti, dalang dari semua inspirasi dari setiap kata yang tertulis "disini", Gadzra. Sudah saatnya semua menjadi seperti sediakala, selamat berbahagia.
Thanks For Love.

INILAH JANJI, Dan Mentari Sore Ini Menjadi SAKSI.


Penghujung Senja, Tepat Saat Mentari Tampakkan Keindahannya.


Banjarmasin, 25 September 2013

Sabtu, 21 September 2013

Penghujung Malam Sebuah Cerita

Selamat malam, mungkin ini bukan waktu yang tepat bagi saya meluangkan waktu untuk sekedar berbagi cerita yang saya sendiri pun bingung bagaimana harus menjelaskannya. Jadi, maafkan bila nantinya ada beberapa pembahasan yang melenceng kemana-mana, percayalah hal tersebut bukan sengaja, mungkin hanya terlalu asik saja. Cerita ini sudah bertahan cukup lama, sebagian mungkin sudah ada yang tahu karena ini bukan kali pertama saya bercerita, walaupun dalam konteks yang berbeda. Satu tangan dengan kelima jari yang lengkap tidak lagi cukup untuk menghitung lamanya cerita ini, walau hanya dalam satuan bulan, bukan tahun. 

Saya bingung. Jujur, tidaklah terhitung sudah kali keberapa tulisan ini mendapat imbalan "Ctrl+A+Backspace", sebab memang tidak sesuai dengan yang diharapkan sebelumnya. Terserah kalau tulisan ini nantinya akan dicap seperti apa, yang pasti saya hanya menjadikan tulisan sebagai media untuk berbagi cerita. Cerita yang berada dipenghujung malam ini sekaligus memperingati perayaan yang memang tidak lagi dirayakan. ya, saya punya kebiasaan, merayakan bukan pada awal perayaan, tapi pada akhir dimana malam akan segera berakhir. 

Inilah bulan keenam, dimana perayaan memang tak pantas lagi dirayakan, bukannya tidak mau melupakan, tetapi hanya kisahnya saja yang tidak mau lekang dari ingatan. Tolong jangan tanyakan soal perasaan, sebab hal itu kini tak pantas lagi diutarakan. Kalau pun ingin kalian tanyakan, janganlah berharap pada jawaban. Sebab, masihlah sama seperti sebelum hadirnya sesuatu yang kini dirayakan. Segalanya merubah satu hal, atau mungkin lebih tepat jika keadaan tersebut dinyatakan kebalikannya, satu hal itulah yang merubah segalanya. Hampir-hampir oksigen tak lagi sejuk saya rasa, saya bukanlah lagi saya. 

Semua hal mungkin perlu penyesuaian ke depannya, termasuk saya sendiri, tapi bagaimana jika saya menikmati semuanya? tawa, tangis, bahagia, duka, keceriaan, lamunan, memikirkan sesuatu, atau bahkan tidak bisa memikirkan apa-apa? ah, semakin panjang pembahasan ini, semakin sesak rasanya nafas yang saya dera. Bagaimana kalau kita sudahi saja tulisan ini? sesaknya semakin menjadi-jadi ternyata, walaupun tujuan awal dari tulisan ini belumlah bisa kalian tangkap untuk apa. Namun, percayalah  sebenarnya tujuan dari tulisan ini adalah keseluruhan cerita, tapi mungkinkah cerita bisa selesai? sedangkan tokoh dalam cerita memutuskan untuk memulai cerita yang berbeda dengan tokoh lain yang lebih sempurna?





Banjarmasin, penghujung malam 20 september 2013

September 2013

Selasa, 17 September 2013

Sebuah Perayaan.

Sore ini saya merasa berbeda, entahlah racikan kopi macam apa yang bisa menahan kantuk sebegitu dahsyatnya, mungkin juga hal ini disebabkan semua hal yang berkecamuk dikepala dan menuntut agar tidak hanya sebatas rencana. Semua sudah dipersiapkan dari jauh hari, tapi baru saja terfikir hari ini, satu persembahan mungkin tidak akan cukup untuk sebuah perayaan yang hanya terjadi setahun sekali. Lantas harus bagaimana? apakah harus menyeberangi lautan? mendaki puncak tertinggi guna mengabadikan sekuntum bunga abadi? atau malah menyelam ke dasar bumi dan mengatarkan pesan kerikil bebatuan yang berkilauan? ah kebiasaan, saya "ngelantur" kemana-mana jadinya. Maafkan saya.

Tulisan ini tidaklah lebih dari putik keegoisan yang kini telah diolesi serbuk sari keinginan manusia "slengean", seperti itu kan saya biasanya menggambarkan apa yang terpantul dari bayangan? :) saya bukanlah orang yang penuh dengan ide-ide brilian yang bisa membuat orang tercengang, bukanlah juga seorang yang mampu mempersembahkan mahkota ataupun untaian berlian untuk sebuah perayaan. Saya hanya bisa memberikan sesuatu, oh maaf, dua hal yang kini biasa disebut dengan pilihan. salah satu pilihan hanya menunggu giliran untuk direalisasikan. dan satunya? ya, tulisan inilah satu hal lagi yang bisa disebut dengan pilihan. Bukan hal yang tidak mungkin pasti terbersit untuk memilih keduanya, ya manusia. Tak apalah, karena hal tersebut juga disebut dengan pilihan, pilihan untuk memilih keduanya :)

Tulisan ini dibuat sesederhana mungkin, sesederhana niat yang diutarakan untuk memberikan pilihan bagi perayaan. Maafkanlah jika tulisan ini harus menyita waktu yang seharusnya digunakan untuk kegiatan yang lebih berguna. Maaf.

Tidak perlu lagi mengucapkan hal-hal yang tidak berguna disini, mari kita tuntaskan pilihan kedua di perayaan ini. Selamat atas perayaan, selamat atas pencapaian makna, dan selamat bertambah tua :) untuk kamu. Gusti Athifah Adzra.


Sebatas sore tanpa pelangi di dalam kotak persegi.
Banjarmasin, 16 September 2013

untuk sebuah perayaan, 17 September 2013

Senin, 16 September 2013

Mentari yang Menyinari dengan Caranya Sendiri

Sebuah sinar yang punya caranya sendiri.
Mendidik pucuk untuk menjadi pohon tanpa merengek pada yang memberi "nasi".
Masih segar dalam ingatan kita tentang sebuah makna.
Kita tertawa bersama, menertawakan hal yang mungkin tak ada gunanya.
atau tentang amarah yang meluap tanpa sebab yang pasti.
Ah, mungkin hanya aku yang belum menyadari.
Siapa bisa meyangka, sinarmu menua, dulu kuning sekarang jingga.
Tidak bisa kupungkiri, pagi pasti akan beranjak pada malam suatu saat nanti.
Hanya dengan ketulusan coba ku ucapkan lewat tulisan.
Mungkin juga tidak begitu berarti.
Tapi, aku hanya ingin mengungkapkan apa yang terbenam di sini, di dalam hati.
Selamat Bertambah Tua Bapa, Kaulah Sinar yang menyinariku dengan caramu sendiri.
Kaulah sinar yang menjadikan pucuk bertahan dalam kekejaman alam.
Terima kasih sinarku, Bapa ku.

Untukmu Bapa
Dari pucuk yang selalu menantikan sinar mentari


Mukri
Sejak 16 September 1948
Semoga Panjang Umur


Sebuah Persembahan dari Anakmu
Dedy Herwin Rendy
(vukalus)

Banjarmasin, 16 September 2013

Janji

    Entah sudah berapa banyak janji yang saya ingkari, entah berapa banyak juga janji yang sudah terpenuhi, terlupakan, atau malah didahulukan. Entahlah, sekarang satu batang rokok saya nyalakan, dengan janji bahwa pada isapan terakhir tulisan ini akan berakhir dan saya akan segera berteman mimpi, akan terpenuhi kah? Entahlah. Satu paragraf ini mewakili apa yang saya alami, tentang mimpi, janji, turut andil juga mengenai hati. tentang apa yang sudah tak mungkin bisa terwujud lagi, tentang hati yang terlanjur membenci, atau lebih tepatnya tentang hati yang sudah memilih untuk tidak bersama saya lagi. Lagi-lagi janji punya andil disini, saya tentunya harus menghormati pilihan hati, ya, saya terus berjanji. Tapi seakan terus ada janji yang belum terpenuhi, dan saya terus saja ingin melunasi, hutang-hutang yang mungkin sebentar lagi akan terbayar lunas, sesuai janji. Saya tidak berani berjanji, tapi saya akan menepati janji. Ah entahlah, dengan janji saya dibuat berjanji. Satu persembahan lagi, mungkin saya akan melunasi semua janji, setelah semua janji terlunasi. Entahlah, semoga ini bukan janji yang menuntut janji.


Banjarmasin, suatu pagi sebelum janji terpenuhi.
16 September 2013

Rabu, 11 September 2013

Saya Disini (pandangan satu sisi)

saya senang ada disini...
menatap bintang akibat kantuk yang tak kunjung datang...
saya senang berlama-lama disini...
kadang tertawa sendiri dan terdiam mengingat semua yang sudah dilalui...
saya senang dengan saat-saat seperti ini...
berangan dan melukis bayang di khayalan...
saya senang menyiakan waktu disini...
waktu yang dahulu kita lewati dengan canda dan segala ulahmu...
saya senang terdiam disini...
sebab badan sudah tak mampu untuk mewujudkan impian...
saya senang merayakan saat-saat seperti ini...
saat dimana tak ada batas untukku mengingatmu...
dan...
saya senang ada disini...
mengetahui kau bahagia bersamanya dan aku terkubur selamanya...



Banjarmasin, 11 September 2013

Selasa, 10 September 2013

Rencana dan Kejadian

Sebuah kejadian selalu berhubungan dengan sesuatu yang disebut dengan rencana, dan ketika kita menemui jalan buntu untuk menjelaskan "siapa" orang yang punya rencana tersebut dan mengapa rencana tersebut menjadi suatu kejadian, biasanya kita mengatakan bahwa itulah rencana-Nya. Baru saja, saya berada dalam sebuah perjalanan singkat, diatas haluan yang mungkin bisa berbelok kemana saja. Tentunya, saat itu selain TUHAN yang punya andil, otak sayalah yang merumuskan suatu rencana. 

Nah, disaat yang bersamaan otak ini juga tidak mau diam untuk berfikir, apa yang dia fikirkan? ya benar, sebuah rencana, mungkin ini karena hal yang membosankan, mungkin juga disebabkan oleh ketidakpuasan akan sesuatu yang terus saja membayangi ingatan. Ah, saya tidak hobi memikirkan semua itu, yang pasti dalam beberapa waktu kedepan, selain tiga huruf "PPL" yang sedang menyibukkan saya, akan ada realisasi akan suatu rencana atau metamorfosa suatu rencana menjadi satu kejadian.

Sebelumnya saya akan meminta maaf kepada siapa saja yang sudah sudi meluangkan waktunya untuk sekedar lewat dan membaca beberapa kalimat di atas, saya tidak akan menyatakan dengan gamblang kapan, kepada siapa, bagaimana, mengapa, dan rencana  apa yang akan saya realisasikan menjadi suatu kejadian. Seperti biasa, saya akan membiarkan kalian berimajinasi dengan ambiguitas kata yang telah saya sajikan.

Seperti biasanya, saya terlalu banyak bicara. semoga hal ini tidak mengganggu sedikit pun dalam persiapan untuk beberapa waktu kedepan. Saya mohon kalian sudi untuk sekedar mendoakan.


Banjarmasin, 10 September 2013