Playlist 20

Minggu, 21 September 2014

Refleksi (Pantulan)

Tidak akan bisa seseorang merasakan kehangatan jika ia belum pernah merasakan rasa dingin.
Begitu pula dikebalikannya.

Tidak akan bisa seseorang menggunungkan keyakinan jika ia belum pernah dihantam ombak keraguan.
Begitu pula dikebalikannya.

Tidak akan bisa seseorang menyerukan kebebasan jika ia belum pernah didakwa dalam suatu kungkungan.
Begitu pula dikebalikannya.

Tidak akan bisa seseorang mengagungkan kepercayaan jika ia belum pernah dikucilkan dalam suatu pengkhianatan.
Begitu pula dikebalikannya.

Tidak akan bisa seseorang ingin mempunyai satu lagi kesempatan jika ia belum pernah menyiakan disalah satu celahnya.
Bukanlah kebalikannya yang kupermasalahkan, tetapi...
Akulah yang telah membuktikannya.

Banjarmasin, 21 September 2014

Rabu, 03 September 2014

Sedikit Waktumu

Bolehkah aku meminta sedikit waktumu?
Hanya sedikit, dari sekian banyak waktu yang kau punya dan mungkin hanya untuknya.
Entah untuk apa aku memintanya.
Mungkin sebagai pembuka salam dari khalayak rindu.
Bisa saja hanya basa-basi belaka.
Apa yang kusampaikan padamu nanti sudah pasti bukanlah omong kosong atau serupa tong yang melompong.
Sebab hanya sedikit waktu yang kupunya, itupun jika kau memberikannya.
Andai masih ada waktu yang tersisa.
Maka barisan kata, berantai dan akan terangkai menjadi kalimat yang kuuntai.
Meski hanya sedikit waktu yang kupunya, itupun jika kau mengijinkannya.
Jika ada waktu yang tersisa, terimalah rangkaian kata.
Tanpa sedikitpun cemar dusta, atau setan yang menggoda.
Jangan pernah padam cahayaku...
Jangan pernah pergi pelangiku...
Walaupun hanya sekedar gambaran sang mentari yang datang silih berganti kala malam dan pagi.
Namun ia khianat kala awan mendung datang dan menari.
Aku disini, dengan sedikit waktu yang kau beri.

Banjarmasin, 3 September 2014

Selasa, 02 September 2014

Saya dan Pagi yang Terlupa

Beberapa diantara kita pastilah pernah, bahkan lumrah.
Menghabiskan waktu tidur hanya untuk termangu.
Menggeser pagi ke saat mentari sebentar lagi pergi.
Tak memperdulikan embun yang menetes di daun tapi malah dengan mimpi berkerumun.
Hampir lupa rasa segarnya mandi pagi, hanya ingat betapa khidmat prosesi mengantar mentari.
Saat tiang listrik berdentang-dendang sebab pukulan penjaga malam, saat itulah benak mulai menerawang.
Menatap bayang yang berkelebat saat makhluk malam saling mengumpat.
Tertusuk dingin yang setubuhi terhempas gelap berteman sunyi.
Bagaimana bisa aku bermimpi indah dimalam hari jika mimpiku itu telah lama pergi?
Bagaimana bisa aku begitu bersemangat menapak harapan jika semangatku telah dipadamkan kenyataan? dan
Bagaimana bisa aku bersuka cita jika pagiku telah lama terlupa?

Banjarmasin, 2 September 2014