Entah sudah berapa banyak janji yang saya ingkari, entah berapa banyak juga janji yang sudah terpenuhi, terlupakan, atau malah didahulukan. Entahlah, sekarang satu batang rokok saya nyalakan, dengan janji bahwa pada isapan terakhir tulisan ini akan berakhir dan saya akan segera berteman mimpi, akan terpenuhi kah? Entahlah. Satu paragraf ini mewakili apa yang saya alami, tentang mimpi, janji, turut andil juga mengenai hati. tentang apa yang sudah tak mungkin bisa terwujud lagi, tentang hati yang terlanjur membenci, atau lebih tepatnya tentang hati yang sudah memilih untuk tidak bersama saya lagi. Lagi-lagi janji punya andil disini, saya tentunya harus menghormati pilihan hati, ya, saya terus berjanji. Tapi seakan terus ada janji yang belum terpenuhi, dan saya terus saja ingin melunasi, hutang-hutang yang mungkin sebentar lagi akan terbayar lunas, sesuai janji. Saya tidak berani berjanji, tapi saya akan menepati janji. Ah entahlah, dengan janji saya dibuat berjanji. Satu persembahan lagi, mungkin saya akan melunasi semua janji, setelah semua janji terlunasi. Entahlah, semoga ini bukan janji yang menuntut janji.
Banjarmasin, suatu pagi sebelum janji terpenuhi.
16 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar