Akan tiba waktunya, senyummu dan senyumku hanya bermuatan luka saat kau dan aku saling menghujamkannya.
Derap langkah yang tercipta tak lagi sama.
Derapmu seirama dengan derapnya, dan derapku masih sama, sama seperti sediakala kau mengayunkan janji beserta langkah kakimu menjauh dari sini.
Lantas datang lagi lalu pergi untuk yang kesekian kali, saat keadaan sudah terkendali.
Bukanlah mainan, hati yang sedang kau mainkan.
Bukanlah syair untuk dinyanyikan, rintihan sebab sakit yang kau hidangkan.
Aku sudah terlalu lama duduk ditepian ini, tepi yang mereka katakan diantara cinta dan benci.
Aku melangkah maka terceburlah.
Aku berdiam maka lemaslah.
Melangkah berarti mati.
Tetap diam berarti maut siap melingkupi.
Banjarmasin, 09 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar