Playlist 20

Senin, 13 April 2015

Rembulan Bertanya

Suatu ketika saat Rembulan bertanya;
“Kuasa apa yang telah diberikan oleh-Nya pada satu kata CINTA?”
Didatanginya Matahari saat mereka saling berpapasan untuk saling menggantikan, Namun Matahari ternyata malah bungkam, tak mengerti sedikitpun tentang arti.
Kembalilah Rembulan pada Malam, ditanyakannya hal yang sama, Malampun diam tak bisa menjawabnya.
Termenung sang Rembulan pada ribuan tanya, tetap saja kuasa kata cinta menyesakkan kantung penasarannya.
Semesta Alam kehilangan cahayanya, saat Alam dalam kelam ia menghampiri sang Rembulan dan mulai mengucap kegelisahan.
“Hal apakah yang membuat cahayamu tenggelam hingga menjelma serupa kelam wahai Rembulan yang selalu menerangiku?” Kata sang Alam.
“Apalah dayaku wahai Alam, kerut di dahiku sudahlah tak muat untuk menggambarkan kebingungan yang menyelimut pada kuasa yang diberikan-Nya pada satu kata Cinta”
“Kebingungan itu akan menjawab sebab mengapa makhluk ciptaan-Nya rela berkorban walau bisa saja sia-sia, dan mereka berkata cintalah asal muasalnya bermuara” , begitu panjangnya kegelisahan menyeruak dari mulut sang bulan.
“Tak sampailah nalarku mengenai alasan apa yang Tuhan akan berikan jika kau menanyakannya wahai sang Rembulan” kata sang Alam tertunduk lesu di depan Rembulan.
Gontai sang Rembulan melangkah pergi untuk digantikan Mentari, namun langkahnya terhenti saat mendengar bisik dari sang Embun.
“Mengapa kau terus mencari wahai temaram Rembulanku? Bukankah Aku, Kau dan Cinta adalah hal yang sama? Kita adalah satu”, kata suara itu.
“Siapakah engkau? Wahai tuan tak berwujud?”, tanya sang Rembulan.
“Aku hanyalah setetes Embun di atas lebarnya Daun, bukankah seharusnya kau sudah tahu tentang apa yang kau ingin tahu wahai Rembulan?”, Jawab si Embun.
“Aku tak bisa menjawab seutuhnya, tapi mungkin Kau akan menemukan jawabannya. Aku, Kau dan Cinta adalah hal yang tak jauh berbeda. Aku akan hilang saat pagi menjelang sebab Mentari yang mulai menyengat, namun Aku akan tetap datang saat dingin Malam memeluk Dedaunan. Kau serupa, cahaya darimu akan hilang digantikan benderangnya Mentari, namun Kau tetap akan datang kembali, sebab Malam terlalu gelap saat Mentari pergi dari sini. Begitu pula dengan Cinta, bukankah kita bertiga serupa?” Celoteh sang Embun saat Mentari mulai menguapkannya.
 Rembulan termenung, kemudian tersenyum, keingintahuannya kini terpenuhi saat dirinya hilang digantikan sang Mentari.


Banjarmasin, 13 April 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar