Bukankah kita sudah terlalu terbiasa menjalani kejanggalan sebuah sapaan setiap harinya?
Bukankah kita sudah terlalu terbiasa melihat dan kemudian berpura-pura buta dan memalingkan muka?
Bukankah kita sudah terlalu terbiasa melangkahkan kaki dan kemudian berhenti tepat sebelum kaki menjadaptkan pijakan?
Bukankah kita sudah terlalu terbiasa menampar dengan tangan kiri dan kemudian mendaratkan pukulan di wajah kita sendiri?
Bukankah kita sudah terlalu terbiasa membuat orang lain menangis tanpa sadar bahwa air mata yang menetes sudahlah tidak asing lagi?
Bukankah kita sudah terlalu terbiasa berlari dari tempat semula kita berdiri, tersesat lalu tanpa sadar sudah kembali berdiri di awal permulaan kita berlari?
dan bukankah kita sudah terlalu terbiasa seperti ini?
Batulicin, 3 Agustus 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar